Kondisi Bumi yang kerusakannya semakin parah menyebabkan
anomaly iklim yang beakhir pada perubahan cuaca yang ekstrim. Harus jujur kita
akui, bahwa kerusakan yang terjadi di muka bumi ini adalah tidak lain akibat
perbuatan tangan manusia itu sendiri. Penebangan Liar, Exploitasi SDA,
Perluasan Lahan, Pembangunan Gedung, Peningkatan jumlah kendaraan Bermotor, dll
mengakibatkan pemanasan global yang semakin menjadi kian harinya.
Upaya Pemerintah tidak cukup untuk mengatasi hal
tersebut. Ini memerlukan kepedulian kita
sebagai penghuni bumi yang kita cintai ini. Atas dasar itu munculah pemikiran
untuk membentuk sebuah wadah yang bertujuan untuk menumbuh kembangkan kesadaran
masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian alam. Hingga pada tanggal 22
April 2010 terbentuklah aliansi pencinta alam yang terdiri dari MAPALA
(Mahasiswa Pencinta Alam), KPA (kelompok Pencinta Alam), dan Sispala (Siswa
Pencinta Alam) dengan nama GPAPB (Gerakan Pencinta Alam Peduli Bumi)
GPAPB merupakan wadah bagi mahasiswa dan pelajar yang
mempunyai kepedulian terhadap lingkungan, yang sadar bahwa sebagai masyarakat
memiliki tugas besar dalam upaya pelestarian alam.
MAPATRI (Mapala Tridinanti) merupakan salah satu organisasi
yang terlibat dalam pembentukan GPAPB pada pertemuannya di STBA Methodis dalam
kegiatan perdana GPAPB yakni kegiatan Long March, Penghijauan, Pentas Seni, dan lomba
tradisional rangka peringatan Hari BUMI
tahun 2010 yang saat itu diketuai oleh Yudi Darmansyah (Mapala Flam’s L). Diketuai
oleh M. Sidik Kurniawan (Mapala IAIN) di tahun berikutnya GPAPB juga menggelar
kegiatan Penggalangan Dana korban bencana Merapi Jogja dan kebanjiran daerah
Plaju.
Tahun 2012 ini pun GPAPB dengan jumlah anggota yang semakin
besar kembali menggelar kegiatan penyuaraan peduli bumi sekaligus memperingati
Hari BUMI 2012. Orasi, Long March, Pemungutan Sampah, Pembagian Bibit Pohon. menjadi
konsep kegiatan tahun ini. Agus Putra (KPA Belantara) berhasil terpilih menjadi
ketua panitia dalam kegiatan ini. Sedangkan delegasi MAPATRI, Eric A. Kausar
ditunjuk sebagai Koordinator HUMAS.
Setelah Berdoa Long March pun dimulai dari Taman Polda
menuju Bundaran Masjid Agung Kota Palembang, masa aksi GPAPB berjalan
disepanjang jalan dengan membawa replika kota sampah raksasa setinggi lebih
dari 2 meter sambil memungut sampah.
Replika kotak sampah ini sengaja dibawa keliling supaya
masyarakat sadar, kotak sampah jangan hanya dijadikan hiasan. karena membuang
sampah sembarangan dapat menyebabkan pencemaran. Pada kesempatan yang sama masa
juga membagikan sekitar 150 bibit pohon kepada setiap masyarakat dan pengendara
yang melintas di seputaran Bundaran Air Mancur Palembang.
Bibit pohon yang dibagikan antara lain pohon mahoni, bibit pohon asam, dan bibit pohon salam. Selain untuk melestarikan dan menyejukkan suasana keberadaan pohon, diharapkan mampu menjadi resapan air yang baik. Acara ini pun ditutup dengan pembacaan Kode Etik Pencinta Alam dan pembacaan do’a .
Bibit pohon yang dibagikan antara lain pohon mahoni, bibit pohon asam, dan bibit pohon salam. Selain untuk melestarikan dan menyejukkan suasana keberadaan pohon, diharapkan mampu menjadi resapan air yang baik. Acara ini pun ditutup dengan pembacaan Kode Etik Pencinta Alam dan pembacaan do’a .
Categories:
Ekstern